BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang
budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lebih memusatkan pada
penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan
masyarakat yang tinggal di daerah yang sama. Kelompok kami mengambil kebudayaan
pada masyarakat Minangkabau sebagai dasar dari penulisan makalah ini. Makalah
ini dibuat dengan maksud untuk menerapkan pelajaran Antropologi Budaya dengan
kebudayaan Minangkabau secara keseluruhan dan juga untuk mengidentifikasikan
mengenai salah satu kebudayaan masyarakat Minangkabau.
1.2 Perumusan Masalah
Bagaimana
penerapan unsur-unsur sebagai kultural universal di Minangkabau?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis 7 unsur kebudayaan
universal di dalam masyarakat Minangkabau. Antara lain :
a. Teknologi
b. Mata Pencaharian
c. Sistem Kemasyarakat
d. Bahasa
e. Kesenian
f. Sistem Pengetahuan
g. Sistem Religi
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Pengertian
Kebudayaan
Istilah
kebudayaan merupakan tejemahan dari istilah culture dari bahasa Inggris. Kata
culture berasa dari bahasa latin colore yang berarti mengolah, mengerjakan,
menunjuk pada pengolahan tanah, perawatan dan pengembangan tanaman dan ternak.
Upaya untuk mengola dan mengembangkan tanaman dan tanah inilah yang selanjutnya
dipahami sebagai culture.
Sementara
itu, kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta, buddhayah yang merupakan
bentuk jamak dari kata buddhi. Kata buddhi berarti budi dan akal. Kamu besar
Bahasa Indonesia mengartikan kebudayaan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan
batin (akal budaya) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat – istiadat.
E.B.
Taylor mendefinisikan kebudayaan sebagai hal yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt-istiadat, kebiasaan serta
kemampuan-kemampuan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Menurut
Koentjaningrat (1985) kebudayaan adalah keseluruhan ide-ide, tindakan, dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar.
Definisi
lebih singkat terdapat pada pendapat Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi
(1964), menurut mereka kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat.
Bila
disimak lebih seksama, definisi Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi lebih
menekankan pada aspek hasil material an kebudayaan. Sementara Koentjaraningrat
menekankan dua aspek kebudayaan yaitu abstrak (non material) dan konkret
(material. Pada definisi Koentjaraningrat, tampak bahwa kebudayaan merupakan
suatu proses hubungan manusia dengan alam dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Dalam proses tersebut manusia berusaha
mengatasi permasalahan dan tantangan yang ada dihadapannya.
Terlepas
dari perbedaan yang ada di antara pendapat di atas. Tampak bahwa belajar
merupakan unsur penting dari pengertian kebudayaan. Seperti terlihat pula pada
definisi kebudayaan menurut Kroeber (1948). Menurutnya, kebudayaan adalah
keseluruhan realisasi gerak, kebiasaan, tata cara, gagasan, dan nilai-nilai
yang dipelajari dan diwariskan, serta perilaku yang ditimbulkannya.
2.2 Unsur-unsur kebudayaan
Koentjaraningrat
(1985) menyebutkan ada tujuh unsur-unsur kebudayaan. Ia menyebutnya sebagai isi
pokok kebudayaan. Ketujuh unsur kebudayaan universal tersebut adalah :
a. Teknologi
b. Mata Pencaharian
c. Sistem Kemasyarakat
d. Bahasa
e. Kesenian
f. Sistem Pengetahuan
g. Sistem Religi
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Teknologi dan Alat Produksi
Bendi merupakan salah satu alat transportasi
tradisional yang masih bertahan di Minangkabau. Bendi biasanya para
bendi mangkal di depan Padang Theatre.
Zaman dulu,
sebelum orang-orang mengenal mobil, kendaraan pribadi adalah bendi. Punya bendi
pribadi sudah setara dengan punya mobil pribadi. Sampai sekarang, alat
transport yang digerakkan oleh tenaga kuda ini masih mempunyai pelanggan setia
di tengah maraknya transportasi modern yang tentunya lebih cepat.
Pedati adalah alat transportasi yang digerakkan
oleh kerbau. Penampakannya mirip dengan bendi, tapi agak lebih tinggi. Biasanya
pedati digunakan untuk membawa barang yang berat. Sekarang, sulit sekali
menemukan pedati di kota Padang.
Rumah adat
Minangkabau disebut Rumah Gadang. Rumah adat asli setiap tiangnya tidaklah tegak
lurus atau horizontal tapi mempunyai kemiringan. Ini disebabkan oleh orang
dahulu yang datang dari laut hanya tahu bagai mana membuat kapal. Rancangan
kapal inilah yang ditiru dalam membuat rumah. Rumah adat jugat tidak memakai
paku tapi memakai pasak kayu. Ini disebabkan daerah Sumatera Barat rawan
terhadap gempa, baik
vulkanik maupun tektonik. Jika dipasak dengan kayu setiap ada gempa akan
semakin kuat mengikatnya.
Senjata tradisional Minangkabau adalah Keris.
Keris biasanya dipakai oleh kaum laki-laki dan diletakkan di sebelah depan,
saat sekarang hanya dipakai bagi mempelai pria. Berbagai jenis tombak, pedang panjang, sumpit juga
dipakai oleh raja-raja Minangkabau dalam menjaga diri mereka.
Dalam dunia kuliner, Sumatra Barat terkenal dengan masakan Padang dan restoran Padang. Masakan Padang yang terkenal dengan
citarasa yang pedas dapat ditemukan hampir di seluruh penjuru Nusantara, dan
dapat ditemukan juga di luar negeri.Beberapa contoh makanan dari Sumatra Barat
yang sangat populer adalah Rendang, Sate Padang, Dendeng Balado, Ayam Pop, Soto Padang, dan Bubur Kampiun.
Selain itu, Sumatra Barat juga memiliki ratusan resep, seperti Galamai, Wajik,
Kipang Kacang, Bareh Randang, Dakak-dakak, Rakik Maco, Karupuak
Balado dan Karupuak Sanjai. Makanan ciri khas di Padang untuk dijadikan buah
tangan bengkuang
dan karupuak balado.
3.2
Mata Pencaharian
Kota Padang
berawal dari pemukiman di tepi air, tepatnya di muara Sungai Batang Arau ke Samudera
Hindia. Kota Padang dulu merupakan sebuah perkampungan nelayan
kecil. Penduduk pada waktu itu terdiri atas orang-orang Rupit dan Tirau (Non Minangkabau).
Mereka bekerja sebagai
nelayan mengarungi samudera dengan kapal-kapal kecil mereka yang disandarkan di
bibir muara. Ada juga sebagian yang bekerja sebagai petani garam dan pedagang.
Pada abad ke–14
(1340-1375) Kota Padang dikenal sebagai kampung nelayan dengan sebutan Kampung Batung yang diperintah oleh Penghulu Delapan
Suku. Tidak ada
data yang pasti siapa yang memberi nama kota ini Padang.
Diperkirakan Kota
Padang pada zaman dahulu berupa sebuah dataran atau padang yang sangat luas
yang ditumbuhi semak-semak kecil, rumput-rumput, lalang, sikejut dan
sebagainya. Oleh sebab itu orang-orang yang datang pertama kali memberi nama
kota ini Padang.
3.3
Sistem Kemasyarakatan
Sistem sosial
masyarakat Minangkabau yang matrilineal, yaitu suatu sistem sosial yang
mengikuti garis keturunan dari pihak ibu. Suatu sistem sosial yang termasuk
langka didunia ini sehingga menarik minat para ahli dan peneliti.
Sistem matrilineal
menurut ahli antropologi merupakan suatu sistem sosial masyarakat tertua yang
telah lahir jauh sebelum lahirnya sistem patrilineal yang berkembang sekarang.
Sistem ini akan
tetap kuat dan berlaku dalam masyarakat Minangkabau sampai sekarang, dia tidak
akan mengalami evolusi, sehingga menjadi sistem patrilineal. Sistem ini menjadi
langgeng dan mapan karena sistem ini memang sejiwa dengan adat Minangkabau yang
universal, yang meliputi seluruh segi kehidupan manusia, baik kehidupan secara
individu maupun kehidupan bermasyarakat.
Sistem kekerabatan
di Minangkabau adalah sebagai berikut:
1. Keturunan dihitung menurut garis ibu
2. Suku dibentuk menurut garis ibu
3. Pembalasan dendam merupakan tata kewajiban bagi seluruh suku
4. Kekuasaan di dalam suku, menurut teori terletak di tangan ibu tapi jarang
dpergunakan
5. Tiap-tiap orang diharuskan kawin dengan orang luar suku
6. Yang sebenarnya berkuasa adalah saudara laki-lakinya.
7. Perkawinan bersifat matrilokal yaitu suami mengunjungi rumah istri
Garis keturunan
dan kelompok-kelompok masyarakat yang menjadi inti dari sistem kekerabatan
matrilineal ini adalah “paruik”. Setelah masuk islam di Minangkabau disebut
kaum. Kelompok sosial lainnya yang merupakan pecahan dari paruik adalah
“jurai”.
Interaksi sosial
yang terjadi antara seseorang, atau seseorang dengan kelompoknya, secara umum
dapat dilihat pada sebuah kaum. Pada masa dahulu mereka pada mulanya tinggal
dalam sebuah rumah gadang. Bahkan pada masa dahulu didiami oleh berpuluh-puluh
orang. Ikatan batin sesama anggota kaum besar sekali dan hal ini bukan hanya
didasarkan atas pertalian darah saja, tetapi juga di luar faktor tersebut ikut
mendukungnya.
Beberapa hal yang
perlu dikemukakan yang berkaitan dengan perkawinan ini adalah sebagai berikut:
1. Inisiatif datang dari pihak keluarga perempuan
2. Calon menantu cenderung dicari hubungan keluarga
terdekat
3. Setelah perkawinan suami tinggal di rumah isteri
Tali kekerabatan antara keluaraga istri dengan keluarga rumah gadang
suami setelah perkawinan dan juga sebaliknya.
3.4
Bahasa
Padang menggunakan
bahasa Minang dan Indonesia sebagai bahasa sehari-harinya. Bahasa Minangkabau
atau Baso Minang adalah salah satu anak cabang
bahasa Austronesia yang dituturkan khususnya di wilayah Sumatra Barat,
bagian barat propinsi Riau
serta tersebar di berbagai kota di seluruh Indonesia.
Terdapat dua
kontroversi mengenai Bahasa Minangkabau dengan bahasa Melayu. Sebagian pakar bahasa menganggap bahasa ini
sebagai dialek Melayu, karena banyaknya kesamaan kosakata dan bentuk tuturan
didalamnya. Sedangkan yang lain justru beranggapan bahasa ini merupakan bahasa
mandiri yang berbeda dengan Melayu
.
Dialek bahasa
Minangkabau sangat bervariasi, bahkan antar kampung yang dipisahkan oleh sungai
sekalipun sudah mempunyai dialek yang berbeda. Perbedaan terbesar adalah dialek
yang dituturkan di kawasan Pesisir Selatan dan dialek di wilayah Mukomuko, Bengkulu.
Untuk komunikasi
antar penutur bahasa Minangkabau yang sedemikian beragam ini, akhirnya
dipergunakanlah dialek Padang sebagai
bahasa baku Minangkabau atau disebut Baso Padang atau Baso Urang Awak.
Bahasa Minangkabau dialek Padang inilah yang menjadi acuan baku (standar) dalam
menguasai bahasa Minangkabau.
Bahasa minangkabau
memiliki sepuluh dialek yang berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya.
Tidak ada perbedaan yang mendasar antara bahasa Minangkabau dengan Bahasa
Indonesia baik dalam bentuk maupun tatabahasanya. Perbedaan yang terjadi hanya
pada ejaan terutama dalam pemakaian Vowel. Vowel a dan e dalam Bahasa Indonesia menjadi "o"
dalam Bahasa Minangkabau.
Dalam bahasa
Minangkabau, ada huruf mati yang dihilangkan atau dipertukarkan, misalnya dalam
perkataan habis. huruf h dihilangkan dan huruf s diganti dengan
huruf h sehingga menjadi abih, manis menjadi manih, hangus
menjadi anguih.
Ada juga beberapa
daerah menghilangkan r pada suku kata kedua, umpamanya garam menjadi ga-am,
beras menjadi bareh atau ba-eh dan sebagainya
3.5 Kesenian
Nuansa Minangkabau
yang ada di dalam setiap musik Padang yang dicampur dengan jenis musik apapun
saat ini pasti akan terlihat dari setiap karya lagu yang beredar di masyarat.
Hal ini karena musik Minang bisa diracik dengan aliran musik jenis apapun
sehingga enak didengar dan bisa diterima oleh masyarakat. Unsur musik pemberi
nuansa terdiri dari instrumen alat musik tradisional saluang, bansi, talempong, rabab, dan gandang tabuik.
Musik Minangkabau
berupa instrumentalia dan lagu-lagu dari daerah ini pada umumnya bersifat
melankolis. Hal ini berkaitan erat dengan struktur masyarakatnya yang memiliki
rasa persaudaraan, hubungan kekeluargaan dan kecintaan akan kampung halaman
yang tinggi ditunjang dengan kebiasaan pergi merantau.
Industri musik di
Sumatra Barat semakin berkembang dengan munculnya seniman-seniman Minang yang
bisa membaurkan musik modern ke dalam musik tradisional Minangkabau.
Perkembangan musik Minang modern di Sumatra Barat sudah dimulai sejak tahun
1950-an ditandai dengan lahirnya Orkes Gumarang.
Tari tradisi
bersifat klasik yang berasal dari Sumatera Barat yang ditarikan oleh kaum pria
dan wanita umumnya memiliki gerakan aktif dinamis namun tetap berada dalam alur
dan tatanan yang khas. Kekhasan ini terletak pada prinsip tari Minangkabau yang
belajar kepada alam, oleh karena itu dinamisme gerakan tari-tari tradisi Minang
selalu merupakan perlambang dari unsur alam. Pengaruh agama Islam,
keunikan adat matrilineal dan kebiasan merantau masyarakatnya juga memberi pengaruh besar
dalam jiwa sebuah tari tradisi Minangkabau.
Seni tari
tradisional Pencak Silat dari Minangkabau merupakan penggabungan dari gerakan
tari dan seni beladiri khas Minang. Pencak Silat di Minangkabau memiliki beberapa aliran, diantara nya aliran Harimau Kumango.Tarian ini
biasanya sudah diajarkan kepada kaum pria di Minangkabau semenjak kecil hingga
menginjak usia akil baligh (periode usia 6 hingga 12 tahun) untuk dijadikan
bekal merantau.
Saat ini seni tari pencak silat sudah mendunia dengan terbentuknya federasi
pencak silat sedunia IPSF (International Pencak Silat Federation).
3.6 Sistem
Pengetahuan
Dalam sistem
pengerahuan masyarakat Padang sangat berkaitan eratdengan pola keturunan dan
pewarisan adat, suku Minang menganut pola matrilineal, yang mana hal ini
sangatlah berlainan dari mayoritas masyarakat dunia menganut pola patrilineal. Terdapat kontradiksi antara pola
matrilineal dengan pola pewarisan yang diajarkan oleh agama Islam yang menjadi
anutan hampir seluruh suku Minang. Oleh sebab itu dalam pola pewarisan suku Minang, dikenallah harta pusaka
tinggi dan harta pusaka rendah. Harta pusaka tinggi merupakan harta turun
temurun yang diwariskan berdasarkan garis keturunan ibu, sedangkan harta pusaka
rendah merupakan harta pencarian yang diwariskan secara faraidh berdasarkan
hukum Islam.
Suku Minang
terkenal sebagai suku yang terpelajar, oleh sebab itu pula mereka menyebar di
seluruh Indonesia bahkan manca-negara dalam berbagai macam profesi dan
keahlian, antara lain sebagai politisi, penulis, ulama, pengajar, jurnalis, dan
pedagang. Berdasarkan jumlah populasi yang relatif kecil (3% dari penduduk
Indonesia), Minangkabau merupakan salah satu suku tersukses dengan banyak
pencapaian. Majalah Tempo dalam edisi khusus tahun 2000 mencatat bahwa 6 dari
10 tokoh penting Indonesia di abad ke-20 merupakan orang Minang.
3.7 Sistem Religi
Mayoritas penduduk
Sumatra Barat beragama Islam.
Selain itu ada juga yang beragama Kristen di
Kepulauan Mentawai, serta Hindu dan Buddha yang
pada umumnya adalah para pendatang.
BAB IV
PENUTUP
Kami menyimpulkan
dari pembahasan kami tentang budaya padang, dari segi bahasa padang memiliki
bahasa yang unik dengan kata lain bahasa yang khas dari daerah tersebut dengan
nada dan volume suara yang apabila mekera berbicara kita langsung bisa tahu
bahwa orang itu adalah orang padang.
Mengenai teknologi
dan alat produksi kami menyimpulkan bahwa daerah padang masih kental dengan
kebudayaan mereka sehingga mereka menganggap bahwa mempunyai Bendi sama dengan
mempunyai mobil dan orang padang banyak menggunakan bendi sebagai alat produksi
dan merupakan teknologi dari jaman dulu sampai sekarang.
Mata
pencahariannya masih seperti dulu banyak orang yang menjadi nelayan di pinggiran
laut.
Dari segi
organisasi sosial padang memiliki suatu keunikan di bandingkan dengan daerah
lain yaitu dari sistem perkawinannya yang kita bisa lihat dari beberapa contoh
di atas, kami melihat yang paling inti adalah pasangan yang mau menikah harus
menikah dengan suku lain dilarang antar suku. Mengikuti keturunan dari ibu atau disebut matrilineal.
Garis kekerabatan
dan kelompok-kelompok masyarakat kita lihat dari syarat-syarat perkawinannya Inisiatif datang dari pihak keluarga perempuan,
Calon menantu cenderung dicari hubungan keluarga terdekat, setelah perkawinan
suami tinggal di rumah isteri.
Sistem Religi Mayoritas
penduduk Sumatra Barat beragama Islam. Selain itu
ada juga yang beragama Kristen di Kepulauan Mentawai, serta Hindu dan Buddha yang pada
umumnya adalah para pendatang.
Kesenian Padang
Nuansa Minangkabau yang ada di dalam setiap musik Padang yang dicampur
dengan jenis musik apapun saat ini pasti akan terlihat dari setiap karya lagu
yang beredar di masyarat. Hal
ini karena musik Minang bisa diracik dengan aliran musik jenis apapun sehingga
enak didengar dan bisa diterima oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
id.wikipedia.org
id.wikipedia.org/wiki/Antropologi
id.wikipedia.org/wiki/Budaya
id.wikipedia.org/wiki/Padang
tourism.padang.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=14&Itemid=28
- 12k –
id.wikipedia.org/wiki/Sumatra_Barat
id.wikipedia.org/wiki/Matrilineal
http://muhamadganifharuman.blogspot.com/2012/03/pengertian-kebudayaan-dan-7-unsur.html
LAMPIRAN GAMBAR
Tari Piring, Kesenian
Khas Minangkabau
Bendi
Rendang,
Makanan Khas Minangkabau
Rumah Gadang