BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Hukum Ekonomi
Ekonomi adalah ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti
masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang
tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas.
Permasalahan itu kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan (Ingg: scarcity).
Hukum ekonomi adalah suatu hubungan sebab akibat atau pertalian peristiwa
ekonomi yang saling berhubungan satu dengan yang lain dalam kehidupan ekonomi
sehari-hari dalam masyarakat.
Hukum ekonomi terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Hukum ekonomi pembangunan, yaitu seluruh peraturan dan pemikiran hukum
mengenai cara-cara peningkatan dan pengembangan kehidupan ekonomi (misal hukum
perusahaan dan hukum penanaman modal)
2.
Hukum
ekonomi sosial, yaitu seluruh peraturan dan pemikiran hukum mengenai cara-cara
pembagian hasil pembangunan ekonomi secara adil dan merata, sesuai dengan hak
asasi manusia (misal, hukum perburuhan dan hukum perumahan).
Contoh hukum ekonomi :
·
Jika harga
sembako atau sembilan bahan pokok naik maka harga-harga barang lain biasanya
akan ikut merambat naik.
·
Apabila pada
suatu lokasi berdiri sebuah pusat pertokoan hipermarket yang besar dengan harga
yang sangat murah maka dapat dipastikan peritel atau toko-toko kecil yang
berada di sekitarnya akan kehilangan omset atau mati gulung tikar.
·
Jika nilai
kurs dollar amerika naik tajam maka banyak perusahaan yang modalnya berasal
dari pinjaman luar negeri akan bangkrut.
·
Turunnya
harga elpiji / lpg akan menaikkan jumlah penjualan kompor gas baik buatan dalam
negeri maupun luar negeri.
·
Semakin
tinggi bunga bank untuk tabungan maka jumlah uang yang beredar akan menurun dan
terjadi penurunan jumlah permintaan barang dan jasa secara umum. Demikianlah
penjelasan tentang hukum ekonomi secara keseluruhan semoga kita semua mengerti
dan dapat megimplementasikan ke dalam kehidupan nyata
B. Sistem
Ekonomi Sosialis
Sistem Ekonomi Sosialis adalah suatu
Sistem ekonomi dengan kebijakan atau teori yang bertujuan untuk memperoleh
suatu distribusi yang lebih baik dengan tindakan otoritas demokratisasi
terpusat, dan kepadanya perolehan produksi kekayaan yang lebih baik daripada
yang kini berlaku sebagaimana mestinya diarahkan.
Sistem Sosialis ( Socialist Economy) Sistem Sosialis
berpandangan bahwa kemakmuran individu hanya mungkin tercapai bila
berfondasikan kemakmuran bersama. Sebagai Konsekuensinya, penguasaan individu
atas aset-aset ekonomi atau faktor-faktor produksi sebagian besar merupakan
kepemilikan sosial.
Sistem
ekonomi sosialis merupakan bentuk resistensi dari sistem ekonomi kapitalis yang
dituding sebagai penyebab tidak tercapainya kesejahteraan yang merata. Ia
adalah kebalikan dari sistem ekonomi kapitalis yang sepenuhnya menyerahkan
siklus ekonomi pada mekanisme pasar yang berkembang. Sedangkan dalam sistem
ekonomi sosialis, Pemerintah mempunyai andil besar dalam mengatur roda
perekonomian di sebuah negara. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai
pengawasan terhadap rantai perekonomian masyarakat.
Penganut kedua sistem ini sama-sama mengklaim bahwa salah
satu sistem lebih baik dari yang lain, membuat rivalitas antar sistem ini
menjalar ke berbagai aspek kehidupan lainnya, mulai dari politik, sosial,
budaya sampai pada gilirannya berubah menjadi sebuah ideologi yang menjadi
pedoman dan spirit dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pandangan sosialis mulai nampak pada abad ke sembilan belas, mereka telah mati-matian
memerangi pandangan-pandangan ekonomi kapitalis.
Munculnya sosialisme adalah akibat kedzaliman yang diderita masyarakat karena
sistem ekonomi kapitalis serta beberapa kekeliruan yang terjadi di dalamnya.
Selanjutnya, Sistem ekonomi sosialis mengikuti tiga prinsip
yang berbeda dengan sistem ekonomi sebelumnya yaitu :
Pertama, Mewujudkan kesamaan secara riil.
Kedua, Menghapus kepemilikan individu sama sekali atau sebagian saja.
Ketiga, Mengatur produksi dan distribusi secara kolektif.
C.
Sejarah
Perkembangan Hukum Ekonomi Sosialis di Negara China
Cina mencirikan ekonominya sebagai Sosialisme dengan ciri Cina. Sejak akhir 1978, kepemimpinan Cina telah memperharui ekonomi dari ekonomi terencana Soviet ke ekonomi yang berorientasi-pasar tapi
masih dalam kerangka kerja politik yang kaku dari Partai Komunis. Untuk itu
para pejabat meningkatkan kekuasaan pejabat lokal dan memasang manajer dalam industri, mengijinkan perusahaan skala-kecil dalam jasa dan produksi ringan, dan membuka ekonomi terhadap perdagangan asing dan investasi.
Kearah ini pemerintah mengganti ke sistem pertanggungjawaban para keluaga dalam
pertanian dalam
penggantian sistem lama yang berdasarkan penggabunggan, menambah kuasa pegawai
setempat dan pengurus kilang dalam industri, dan membolehkan pelbagai usahawan dalam layanan dan perkilangan ringan, dan membuka ekonomi pada perdagangan dan pelabuhan asing. Pengawasan
harga juga telah dilonggarkan. Ini mengakibatkan Cina daratan berubah dari ekonomi terpimpin menjadi ekonomi campuran.
Pemerintah RRC tidak suka menekankan kesamarataan saat mulai membangun
ekonominya, sebaliknya pemerintah menekankan peningkatan pendapatan pribadi dan
konsumsi dan memperkenalkan sistem manajemen baru untuk meningkatkan
produktivitas. Pemerintah juga memfokuskan diri dalam perdagangan asing sebagai
kendaraan utama untuk pertumbuhan ekonomi, untuk itu mereka mendirikan lebih
dari 2000 Zona Ekonomi Khusus (Special Economic Zones, SEZ) di mana hukum investasi
direnggangkan untuk menarik modal asing. Hasilnya adalah PDB yang berlipat empat sejak 1978. Pada 1999 dengan jumlah populasi 1,25 milyar orang dan PDB hanya $3.800 per
kapita, Cina menjadi ekonomi keenam terbesar di dunia dari segi nilai tukar dan
ketiga terbesar di dunia setelah Uni
Eropa dan Amerika
Serikat dalam daya beli.
Pendapatan tahunan rata-rata pekerja Cina adalah $1.300. Perkembangan ekonomi
Cina diyakini sebagai salah satu yang tercepat di dunia, sekitar 7-8% per tahun
menurut statistik pemerintah Cina. Ini menjadikan Cina sebagai fokus utama dunia
pada masa kini dengan hampir semua negara, termasuk negara Barat yang
mengkritik Cina, ingin sekali menjalin hubungan perdagangan dengannya. Cina
sejak tanggal 1
Januari 2002 telah menjadi anggota Organisasi Perdagangan Dunia.
Cina daratan terkenal sebagai tempat produksi biaya rendah untuk
menjalankan aktivitas pengilangan, dan
ketiadaan serikat sekerja amat menarik bagi pengurus-pengurus perusahaan asing, terutama karena
banyaknya tenaga kerja murah. Pekerja di pabrik Cina biasanya dibayar 50 sen -
1 dolar Amerika per jam (rata-rata $0,86), dibandingkan dengan $2 sampai $2,5
di Meksiko dan
$8.50 sampai $20 di AS. Buruh-buruh RRC ini seringkali terpaksa bekerja keras
di kawasan berbahaya dan mudah ditindas majikan karena tiada undang-undang dan
serikat sekerja yang bisa melindungi hak mereka.
Pada akhir 2001, tarif listrik rata-rata di Provinsi Guangdong adalah 0,72 yuan (9 sen Amerika) per kilowatt jam, lebih tinggi dari
level rata-rata di Cina daratan 0,368 yuan (4 sen AS). Cina resmi menghapuskan
"direct budgetary outlays" untuk ekspor pada 1
Januari 1991. Namun, diyakini banyak produsen ekspor Cina menerima banyak subsidi
lainnya. Bentuk subsidi ekspor lainnya termasuk energi, bahan material atau
penyediaan tenaga kerja. Ekspor dari produk agkrikultur, seperti jagung dan katun, masih
menikmati subsidi ekspor langsung. Namun, Cina telah mengurangi jumlah subsidi
ekspor jagung pada 1999 dan 2000.
Biaya bahan mentah yang rendah merupakan satu lagi aspek ekonomi Cina.
Ini disebabkan persaingan di sekitarnya yang menyebabkan hasil berlebihan yang
turut menurunkan biaya pembelian bahan mentah. Ada juga pengawasan harga dan
jaminan sumber-sumber yang tinggal dari sistem ekonomi lama berdasarkan Soviet. Saat negara terus menswastakan perusahaan-perusahaan miliknya dan
pekerja berpindah ke sektor yang lebih menguntungkan, pengaruh yang bersifat
deflasi ini akan terus menambahkan tekanan keatas harga dalam ekonomi.Insentif
pajak "preferensial" adalah salah satu contoh lainnya dari subsidi
ekspor. Cina mencoba mengharmoniskan sistem pajak dan bea cukai yang dijalankan
di perusahaan domestik dan asing. Sebagai hasil, pajak "preferensial"
dan kebijakan bea cukai yang menguntungkan eksportir dalam zona ekonomi spesial
dan kota pelabuhan telah ditargetkan untuk diperbaharui.
Ekspor Cina ke Amerika Serikat sejumlah $125 milyar pada 2002; ekspor
Amerika ke Cina sejumlah $19 milyar. Perbedaan ini desebabkan utamanya atas
fakta bahwa orang Amerika mengkonsumsi lebih dari yang mereka produksi dan
orang Cina yang dibayar rendah tidak mampu membeli produk mahal Amerika.
Amerika sendiri membeli lebih dari yang dibuatnya dan sekalipun rakyat RRC
ingin membeli barangan buatan Amerika, mereka tidak dapat berbuat demikian
karena harga barang Amerika terlalu tinggi. Faktor lainnya adalah pertukaran valuta yang tidak menguntungkan antara Yuan
Cina dan dolar
AS yang di"kunci" karena RRC
mengikatkannya kepada kadar tetap 8 renminbi pada 1 dolar. Pada 21 Juli 2005, Bank Rakyat Cina mengumumkan untuk membolehkan mata uang renminbi ditentukan oleh
pasaran, dan membolehkan kenaikan 0,3% sehari. . Ekspor Cina ke Amerika Serikat
meningkat 20% per tahun, lebih cepat dari ekspor AS ke Cina. Dengan penghapusan
kuota tekstil, RRC sudah tentu akan menguasai sebagian besar pasaran baju
dunia. [3], [4]
Pada 2003, PDB Cina dari segi purchasing power parity mencapai $6,4 trilyun, menjadi terbesar kedua di dunia. Menggunakan
penghitungan konvensional Cina diurutkan di posisi ke-7. Meski jumlah
populasinya sangat besar, ini masih hanya memberikan PNB rata-rata per orang
hanya sekitar $5.000, sekitar 1/7 Amerika Serikat. Laporan pertumbuhan ekonomi
resmi untuk 2003 adalah 9,1%. Diperkirakan oleh CIA pada 2002 bahwa agrikultur menyumbangkan sebesar 14,5% dari PNB Cina,
industri dan konstruksi sekitar 51,7% dan jasa sekitar 33,8%. Pendapatan
rata-rata pedesaan sekitar sepertiga di daerah perkotaan, sebuah perbedaan yang
telah melebar di dekade terakhir.
Pada tahun 1978 total panjang jalan raya di Cina hanya 89.200 km, dan pada
tahun 2002 meningkat tajam menjadi 170.000 km. Pada tahun 1988, jalan tol
pertama dibuka dengan total panjang 185 km, sementara pada tahun 2001 sudah
mencapai 19.000 km. Untuk pelabuhan, setidaknya saat ini Cina memiliki 3.800
pelabuhan angkut, 300 di antaranya dapat menerima kapal berkapasitas 10.000 MT.
Tahun 2001, Cina menghasilkan tenaga listrik sebesar 14,78 triliun kwh. Dan,
direncanakan pada tahun 2009, Cina bakal mengoperasikan PLTA terbesar di dunia
yang menghasilkan tenaga listik sebesar 84,7 triliun kwh. Sementara, untuk
saluran telepon (fixed line), pada tahun 2002 Cina memiliki 207 juta sambungan.
Padahal, tahun 1989 hanya ada 5,68 juta sambungan. Sebuah studi terakhir
menunjukkan bahwa negara-negara berkembang di Asia Timur membutuhkan lebih dari
200 miliar dolar AS per tahunnya selama 2006-2010 untuk membangun
infrastrukturnya. Dari total kebutuhan tersebut, sebagian besar (80%) merupakan
kebutuhan Cina dalam membangun infrastruktur (lihat, misalnya, mega proyek
Three Gorges Dam, Kereta Api Super Cepat Beijing-Shanghai, dan sebagainya).
Oleh karena ukurannya yang amat luas dan budaya yang amat panjang sejarahnya, RRC mempunyai tradisi sebagai sebuah
negara penguasa ekonomi. Dalam kata Ming Zeng,
profesor pengurus di Shanghai, “Dalam sebagian statistik, pada pengujung abad ke 16 sekalipun, RRC
mempunyai sepertiga PDB. Amerika Serikat yang gagah pada masa kini hanya mempunyai
20%. Jadi, jika Anda membuat perbandingan sejarah ini, tiga atau empat ratus
tahun terdahulu, Cina tentulah kuasa terbesar dunia. Percobaan mewujudkan
kembali keadaan yang membanggakan ini sudah tentu adalah salah suatu tujuan
orang Tionghoa” Maka tidak mengherankan
fenomena kebanjiran orang bukan Tionghoa dunia yang lain mau mempelajari Bahasa Tionghoa ini dan kegeraman Amerika dan Barat terhadap Cina secara umum terjadi
pada skenario politik dunia pada hari ini.
Akan tetapi, jurang pengagihan kekayaan di antara pesisiran
pantai dan kawasan pendalaman Cina masih amat besar. Untuk menandingi keadaan
yang berpotensi mengundang bahaya ini, pemerintah melaksanakan strategi Pembangunan Cina Barat pada tahun 2000, Pembangunan Kembali Cina Timur
Laut pada tahun 2003, dan Kebangkitan Kawasan Cina Tengah pada tahun 2004, semuanya bertujuan membantu kawasan pedalaman Cina
turut membangun bersama.